Kerajaan
Pajang (1568 - 1618)
Adalah
sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak.
Kompleks keraton, yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di
perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura,
Sukoharjo
ASAL-USUL
Sesungguhnya
nama negeri Pajang sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Menurut
Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365, ada seorang adik perempuan Hayam Wuruk
(raja Majapahit saat itu) menjabat sebagai penguasa Pajang, bergelar Bhatara i
Pajang, atau disingkat Bhre Pajang. Nama aslinya adalah Dyah Nertaja, yang
merupakan ibu dari Wikramawardhana, raja Majapahit selanjutnya.
Dalam
naskah-naskah babad, negeri Pengging disebut sebagai cikal bakal Pajang. Cerita
Rakyat yang sudah melegenda menyebut Pengging sebagai kerajaan kuno yang pernah
dipimpin Prabu Anglingdriya, musuh bebuyutan Prabu Baka raja Prambanan. Kisah
ini dilanjutkan dengan dongeng berdirinya Candi Prambanan.
Ketika
Majapahit dipimpin oleh Brawijaya (raja terakhir versi naskah babad), nama
Pengging muncul kembali. Dikisahkan putri Brawijaya yang bernama Retno Ayu
Pembayun diculik Menak Daliputih raja Blambangan putra Menak Jingga. Muncul
seorang pahlawan bernama Jaka Sengara yang berhasil merebut sang putri dan membunuh
penculiknya.
Atas
jasanya itu, Jaka Sengara diangkat Brawijaya sebagai bupati Pengging dan
dinikahkan dengan Retno Ayu Pembayun. Jaka Sengara kemudian bergelar
Andayaningrat.
KERAJAAN
PAJANG
Pajang
terlihat sebagai kerajaan pertama yang muncul di pedalaman Jawa setelah
runtuhnya kerajaan Muslim di Pasisir
Menurut
naskah babad, Andayaningrat gugur di tangan Sunan Ngudung saat terjadinya
perang antara Majapahit dan Demak. Ia kemudian digantikan oleh putranya, yang
bernama Raden Kebo Kenanga, bergelar Ki Ageng Pengging. Sejak saat itu Pengging
menjadi daerah bawahan Kerajaan Demak.
Beberapa
tahun kemudian Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh hendak memberontak
terhadap Demak. Putranya yang bergelar Jaka Tingkir setelah dewasa justru
mengabdi ke Demak.
Prestasi
Jaka Tingkir yang cemerlang dalam ketentaraan membuat ia diangkat sebagai
menantu Trenggana, dan menjadi bupati Pajang bergelar Hadiwijaya. Wilayah
Pajang saat itu meliputi daerah Pengging (sekarang kira-kira mencakup Boyolali
dan Klaten), Tingkir (daerah Salatiga), Butuh, dan sekitarnya.
Sepeninggal
Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto naik takhta, namun kemudian tewas dibunuh
sepupunya, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang tahun 1549. Setelah itu, Arya
Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya namun gagal.
Dengan
dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara dan puteri Trenggana), Hadiwijaya dan
para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Ia pun menjadi pewaris
takhta Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang.
PERKEMBANGAN
Pada
awal berdirinya tahun 1549, wilayah Pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah
saja, karena negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak
kematian Trenggana.
Pada
tahun 1568 Hadiwijaya dan para adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton
oleh Sunan Prapen. Dalam kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui
kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur. Sebagai tanda ikatan
politik, Panji Wiryakrama dari Surabaya (pemimpin persekutuan adipati Jawa
Timur) dinikahkan dengan puteri Hadiwijaya.
Negeri
kuat lainnya, yaitu Madura juga berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya yang
bernama Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Dhuwur juga diambil sebagai
menantu Hadiwijaya.
PERAN
WALI SONGO
Pada
zaman Kerajaan Demak, majelis ulama Wali Songo memiliki peran penting, bahkan
ikut mendirikan kerajaan tersebut. Majelis ini bersidang secara rutin selama
periode tertentu dan ikut menentukan kebijakan politik Demak.
Sepeninggal
Trenggana, peran Wali Songo ikut memudar. Sunan Kudus bahkan terlibat
pembunuhan terhadap Sunan Prawoto, raja baru pengganti Trenggana.
Meskipun
tidak lagi bersidang secara aktif, sedikit banyak para wali masih berperan
dalam pengambilan kebijakan politik Pajang. Misalnya, Sunan Prapen bertindak
sebagai pelantik Hadiwijaya sebagai raja. Ia juga menjadi mediator pertemuan
Hadiwijaya dengan para adipati Jawa Timur tahun 1568. Sementara itu, Sunan
Kalijaga juga pernah membantu Ki Ageng Pemanahan meminta haknya pada Hadiwijaya
atas tanah Mataram sebagai hadiah sayembara menumpas Arya Penangsang.
Wali
lain yang masih berperan menurut naskah babad adalah Sunan Kudus. Sepeninggal
Hadiwijaya tahun 1582, ia berhasil menyingkirkan Pangeran Benawa dari jabatan
putra mahkota, dan menggantinya dengan Arya Pangiri.
Mungkin
yang dimaksud dengan Sunan Kudus dalam naskah babad adalah Panembahan Kudus,
karena Sunan Kudus sendiri sudah meninggal tahun 1550.
PEMBERONTAKAN
MATARAM
Tanah Mataram dan Pati adalah dua hadiah
Hadiwijaya untuk siapa saja yang mampu menumpas Arya Penangsang tahun 1549.
Menurut laporan resmi peperangan, Arya Penangsang tewas dikeroyok Ki Ageng
Pemanahan dan Ki Penjawi.
Ki
Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549. Sedangkan Ki Ageng
Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga.
Hal ini disebabkan karena Hadiwijaya mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di
Mataram akan lahir kerajaan yang lebih besar dari pada Pajang.
Ramalan
tersebut menjadi kenyataan ketika Mataram dipimpin Sutawijaya putra Ki Ageng
Pemanahan sejak tahun 1575. Tokoh Sutawijaya inilah yang sebenarnya membunuh
Arya Penangsang. Di bawah pimpinannya, daerah Mataram semakin hari semakin maju
dan berkembang.
Pada
tahun 1582 meletus perang Pajang dan Mataram karena Sutawijaya membela adik
iparnya, yaitu Tumenggung Mayang, yang dihukum buang ke Semarang oleh
Hadiwijaya. Perang itu dimenangkan pihak Mataram meskipun pasukan Pajang
jumlahnya lebih besar.
KERUNTUHAN
Sepulang
dari perang, Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi persaingan
antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai
raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta
tahun 1583.
Pemerintahan
Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram.
Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah
tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.
Pada tahun
1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Meskipun pada
tahun 1582 Sutawijaya memerangi Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa tetap
menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang
antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya
Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa
kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga.
Pemerintahan
Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang
menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.
Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya.
Sutawijaya
sendiri mendirikan Kerajaan Mataram, di mana ia sebagai raja pertama bergelar
Panembahan Senopati.
Raja-raja
Kerajaan Pajang
Jaka
Tingkir atau Hadiwijaya
Arya
Pangiri atau Ngawantipura
Pangeran
Benawa atau Prabuwijaya
No comments:
Post a Comment