KESULTANAN
DEMAK
(1500 - 1550)
Kesultanan Demak atau
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa
("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten
dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi
legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini tercatat
menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada
umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena
terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568,
kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir.
Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang
menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.
Lokasi keraton Demak,
yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca
"Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota Demak di
Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal
sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata
(dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak
Prawata.
MASA AWAL
Menjelang akhir abad
ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah
kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas
kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta
Majapahit.
Sementara Demak yang
berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam
tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti langsung dari
Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit
terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa
Muslim bernama Cek Ko-po. Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh
Tomé Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin
dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal
sekitar tahun 1504. Putera atau adik Rodim, yang bernama Trenggana bertahta
dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara
kedua masa ini yang bertahta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari
Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer
Kerajaan Demak berhasil menundukan Majapahit.
MASA KEEMASAN
Pada awal abad ke-16,
Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun
kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas
kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di
nusantara.
Di bawah Pati Unus
Demak di bawah Pati
Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan
Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak
merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia
mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka.
Di bawah Trenggana
Trenggana berjasa
atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai
daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta
menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527),
Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan,
kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Trenggana
meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan
kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak
waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi
menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati
diperintah oleh Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari
keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan
Sunan Kudus merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan
Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
KEMUNDURAN
Suksesi ke tangan
Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Penunjukannya sebagai sunan ditentang
oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Dalam penumpasan
pemberontakan, Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. Akan tetapi, pada
tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya
Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi
penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri,
adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi
Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pengging.
Arya Penangsang
akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh Sutawijaya, anak angkat Joko
Tingkir. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan di sana ia
mendirikan Kerajaan Pajang.
No comments:
Post a Comment